Lesti Cabut Laporan KDRT, Akankah Demotivasi Korban KDRT Lainya?

2022-10-14 17:27:42

18VIEWS
0SHARES

Lesti Cabut Laporan KDRT, Akankah Demotivasi Korban KDRT Lainya?

hypo.id - Istilah KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kebanyakan orang. Faktanya kasus ini adalah salah satu kasus tertinggi yang dilaporkan. Menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (KOMNAS Perempuan), terdapat sebanyak lebih dari 290 ribu kasus Kekerasan terhadap Perempuan (KTP) di tahun 2020. Sedangkan, 79% dari angka tersebut adalah KDRT. Meski mayoritas pelaporan dari korban perempuan, namun kekerasan dapat terjadi ke siapa saja, tak memandang gender.

 

Pembahasan mengenai KDRT pun meningkat kembali selepas Lesti Kejora mengejutkan publik dengan laporannya ke pihak polisi terhadap suaminya, Rizky Billar. Lesti mengaku telah menjadi korban kekerasan secara fisik oleh suaminya itu sendiri.

 

Namun, betapa mengejutkannya ketika polisi mengungkap bahwa Lesti mencabut laporan tersebut, tak lama setelah berita mengenai Rizky Billar telah ditetapkan menjadi tersangka. Hal ini pun menuai berbagai reaksi.

 

Lesti yang merupakan figur publik dengan jumlah penggemar yang tak sedikit, pastinya dapat membawa pengaruh terhadap perempuan atau korban lainnya yang juga tengah alami musibah yang sama. Aksi Lesti dalam menindaki kekerasan yang diterimanya pun banjir dukungan. Bahkan, Najwa Shihab beserta Andovi dan Jovial sempat membahas betapa beratnya hal yang dialami Lesti.

 

“Tapi bagus kalau Lesti berani, itu bisa jadi domino effect ke depannya bagi orang lain yang ngalami hal serupa untuk berani,” ucap Jovial ketika beropini mengenai kasus Lesti-Billar.

 

Memang betul perlu keberanian dan tekad ketika melapor. Apalagi, tidak semua korban memiliki “power” yang sama. Ada juga korban yang masih harus memikirikan kelangsungan hidup setelah “terlepas” ataupun pemikiran serta pertimbangan lainnya yang tentu berbeda di masing-masing orang, yang dimana hal ini membuat “speak up” atau “mulai bicara” bukanlah hal yang mudah bagi korban.

 

Lantas, dengan pencabutan laporan yang dilakukan Lesti, akankah mendemotivasi korban lain yang sebelumnya mungkin sudah mulai berani untuk maju?

 

Setiap permasalahan KDRT pasti memiliki latar belakang yang berbeda, namun sikap Lesti berani untuk melaporkan, paling tidak memberikan sedikit harapan, bahwa para korban dapat terlindungi.  Di sisi lain, apakah sang korban ingin memberikan efek jera atau tidak, dikembalikan kepada pelapor masing-masing.  Tentunya yang dialami Lesti tidaklah mudah, banyak hal yang kemungkinan besar tak terekspos ke muka publik dan membuat Lesti memutuskan untuk mencabut laporannya. Meski begitu, Lesti, sebagai korban, kini diserang dengan berbagai komentar negatif imbas dari keputusan terbarunya.

 

“Bagaimanapun suami saya (adalah) bapak dari anak saya. Beliau juga alhamdulillah sudah mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada saya dan keluarga, khususnya kepada orangtua saya. Insya Allah harapannya tidak akan pernah terulang lagi,” kata Lesti ketika dimintai alasan pencabutan laporan.

 

Netizen bisa jadi menyayangkan keputusan Lesti mencabut laporan dan bahkan jadi memojokkannya. Namun demikian, perlu ditekankan bahwa setiap korban KDRT, entah itu secara fisik, psikis, maupun seksual, layak untuk didengarkan, dipercayai, dan diberi dukun